Didik Suhardi selaku Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga, menyebutkan peran media massa untuk meningkatkan keberhasilan revolusi mental sama strategisnya dengan orang tua dan pendidik. Didik mengatakan, dalam revolusi mental merupakan gerakan yang semula dicanangkan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1957.di Jakarta, Selasa (25/10)
Sejauh ini, gerakan ini sudah dapat dinikmati masyarakat luas dan pengaruhnya bisa dikatakan signifikan. Dalam soal pendidikan misalnya, pemerintah fokus pada penumbuhan budi pekerti, dan pendidikan karakter peserta didik. Diketahui, dalam revolusi mental terdiri dari lima gerakan, yaitu Gerakan Indonesia Melayani, Gerakan Indonesia Bersih, Gerakan Indonesia Tertib, Gerakan Indonesia Mandiri, dan Gerakan Indonesia Bersatu.
"Ada sejumlah kelompok strategis yang dapat menjadi penggerak pelaksanaan revolusi mental, selain tokoh masyarakat, tokoh politik, wanita, pemuda, media massa, lembaga pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi juga memiliki peran penting. Kita harus bersama-sama melaksanakan program dengan pendekatan pentahelix," ujar Didik.
Dalam kesempatan yang sama, Ravik Karsidi selaku Staf Khusus Menko Bidang PMK Bidang Reformasi Birokrasi mengatakan, maraknya tindak kekerasan di dunia pendidikan bermuara dari lemahnya filter system atau sistem penyaringan perilaku benar dan salah yang seharusnya ditanamkan orang dewasa kepada anak. Dalam hal ini menyangkut multiperan antara orang tua, guru, hingga dosen di perguruan tinggi.
"Menurut saya ini muaranya karena anak-anak kita pada dasarnya tidak bisa membedakan mana yang dos and dont's di kalangan anak-anak kita," ujar Ravik.
Untuk itu, penanaman pendidikan karakter di lembaga pendidikan mulai dari PAUD, Taman Kanak-Kanak hingga perguruan tinggi perlu dipekuat. "Sebab pendidikan karakter yang diterapkan di Kemendikbudristek tersebut merupakan wujud dari Revolusi Mental," ujar Ravik.
Jika ditarik lebih jauh, maraknya kekerasa di dunia pendidikan karena lemahnya filter system yang ditanamkan orang dewasa kepada anak-anak di sekitarnya. "Kita orang dewasa, baik itu orang tua dan pendidik kurang mengajarkan kepada anak tentang sistem penyaringan atau filter system antara yang mana perilaku benar dan salah," tambahnya.
DYL_RPH
0 comments