![]() |
| ilustrasi |
Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan signifikan dalam pola konsumsi masyarakat, khususnya di kalangan Generasi Z yang tumbuh sebagai digital native. Berdasarkan laporan Mandiri Institute (2024), Gen Z di wilayah perkotaan Indonesia menunjukkan minat tinggi terhadap produk fashion sebesar 48% dan kebutuhan pokok sebesar 51% melalui aktivitas belanja online (Ahdiat, 2025). Laporan dari Sirclo (2024) turut menyoroti peningkatan transaksi e-commerce yang dipengaruhi oleh fitur-fitur baru seperti live shopping, serta tingginya penggunaan metode pembayaran digital seperti e-wallet dan paylater. Data ini menunjukkan bahwa perilaku konsumsi Gen Z tidak hanya fungsional, tetapi juga sangat terhubung dengan kemajuan teknologi dan gaya hidup digital (Setyowati, 2025).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Susiati et al., (2024) menjelaskan bahwa digitalisasi ekonomi telah mengubah cara Gen Z mengonsumsi. Mahasiswa sebagai bagian dari Gen Z tidak hanya menjadi konsumen pasif, tetapi juga produsen konten yang membagikan pengalaman konsumsi mereka melalui media sosial. Aktivitas seperti unboxing, review, dan sharing produk menjadi bagian dari narasi personal yang membentuk identitas digital. Konsumsi kini tidak hanya dilakukan karena kebutuhan, melainkan juga sebagai bentuk ekspresi diri dan cara untuk membangun citra sosial di ruang digital. Dibandingkan generasi sebelumnya, Gen Z lebih responsif terhadap konten visual, tren viral, dan rekomendasi dari komunitas daring, yang memperkuat kecenderungan konsumsi berbasis identitas.
Motivasi konsumen dalam konteks digital, khususnya pada Generasi Z, dapat dijelaskan melalui teori Hierarki Kebutuhan Maslow dan teori Self-Concept dari Sirgy. Menurut Maslow, setelah kebutuhan dasar seperti fisiologis dan keamanan terpenuhi, individu terdorong untuk memenuhi kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. Dalam hal ini, konsumsi, terutama konsumsi yang dipublikasikan melalui media sosial yang sering kali menjadi sarana untuk memperoleh pengakuan dan membentuk relasi sosial (Sari et al., 2023). Sementara itu, teori Self-Concept menjelaskan bahwa konsumen cenderung memilih produk yang mencerminkan citra diri mereka, baik itu diri nyata, ideal, maupun sosial. Bagi Gen Z, produk tidak hanya berfungsi secara utilitarian, tetapi juga sebagai simbol identitas dan ekspresi diri, yang membuat motivasi belanja mereka semakin terkait dengan bagaimana mereka ingin dilihat oleh orang lain (Sirgy, 1982).
Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah motivasi konsumsi Gen Z dalam berbelanja online didorong oleh kebutuhan untuk mengekspresikan diri atau oleh faktor-faktor lain seperti kebutuhan fungsional, sosial, atau ekonomi. Dengan fokus pada dimensi psikologis dan sosial dari perilaku konsumsi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai pergeseran nilai, identitas, dan motivasi konsumsi Gen Z dalam lanskap ekonomi digital saat ini.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2019) metode kuantitatif dalam pengumpulan data melalui instrumen penelitian yang dianalisis secara statistik untuk menguji suatu hipotesis yang sudah ditetapkan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan kuesioner. Menurut Maidiana (2021) metode survei digunakan untuk melihat gambaran fenomena dengan menggunakan angket. Menurut Creswell (2014) kuesioner harus disusun secara sistematis sehingga responden akan memberikan jawaban yang terukur dengan jelas.
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2019) analisis statistik deskriptif dapat digunakan untuk menggambarkan data yang telah dikumpulkan.
Populasi pada penelitian ini adalah generasi Z yang aktif menggunakan platform TikTok Shop untuk melakukan belanja online.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala motivasi konsumen berdasarkan teori yang dijelaskan oleh Damiati et al., (2017) yang diadaptasi oleh Husna (2023). Alat ukur ini memiliki 34 item pernyataan berisi 3 dimensi yaitu kebutuhan, tujuan dan motif. Alat ukur ini memiliki 4 poin skala penilaian yaitu poin 1 (sangat tidak setuju) hingga poin 4 (sangat setuju).
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif terhadap data motivasi konsumen Gen Z yang aktif berbelanja melalui TikTok Shop, diperoleh nilai rata-rata sebesar 92,375 dengan nilai median dan modus sebesar 93. Nilai standar deviasi menunjukkan nilai 4,43 dengan nilai maximum 100 dan minimum 83, sehingga terdapat rentang (range) sebesar 17 poin. Total skor keseluruhan dari 40 responden adalah 3695. Selain itu, hasil analisis menunjukkan nilai standard error sebesar 0,70, nilai sample variance sebesar 19,63, nilai kurtosis sebesar -0,629, dan nilai skewness sebesar -0,362.
Sehingga secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa motivasi konsumsi responden tergolong tinggi dan relatif homogen. Mayoritas responden memiliki kecenderungan kuat dalam melakukan konsumsi sebagai bentuk ekspresi diri, bukan untuk kebutuhan fungsional.
Perilaku konsumsi Gen Z di era digital bukan hanya dari dorongan akan kebutuhan fungsional, tetapi juga keinginan untuk mengekspresikan diri dan membuat identitas di sosial media. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi konsumsi Gen Z, khususnya dalam berbelanja online melalui TikTok Shop tergolong tinggi dan dipengaruhi oleh aspek psikologis dan sosial. Dimana konsumsi menjadi sarana untuk ekspresi diri, pencitraan, dan membangun hubungan sosial dengan orang lain.
Referensi
Ahdiat, A. (2025). Selain Kebutuhan Pokok, Gen Z Paling Berminat Belanja Fashion. Databoks. https://databoks.katadata.co.id/produk-konsumen/statistik/677668263f18a/selain-kebutuhan-pokok-gen-z-paling-berminat-belanja-fashion
Ahdiat, A. (2025). Selain Kebutuhan Pokok, Gen Z Paling Berminat Belanja Fashion. Databoks. https://databoks.katadata.co.id/produk-konsumen/statistik/677668263f18a/selain-kebutuhan-pokok-gen-z-paling-berminat-belanja-fashion
Creswell, J. W. (2014). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches (V. Knight (ed.); Fourth). SAGE Publications.
Damiati, Masdarini, L., Suriani, M., Adnyawati, N. D. M. S., Marsiti, C. I. R., Widiartini, K., & Angendari, M. D. (2017). Perilaku Konsumen (1st ed.). PT. Raja Grafindo Persada.
Husna, N. (2023). Pengaruh Motivasi Konsumen dan Sikap Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Produk Miniso pada Generasi Z. Universittas Islam Negeri Walisongo Semarang.
Maidiana. (2021). Penelitian Survey. ALACRITY : Journal Of Education, 1(2), 20–29.
Sari, P., Pautina, M. R., Lakadjo, M. A., & Luthfi, N. (2023). Pandangan Teori Kebutuhan Dasar Abraham Maslow dan Willian Glasser tentang Fenomena Flexing. Jambura Guidance and Counseling Journal, 4(2), 89–94.
Setyowati, D. (2025). Belanja Online di Indonesia Hanya Tumbuh 4,95% di 2024, Ini Produk yang Laris. Katadata. https://katadata.co.id/digital/e-commerce/681471dca06f1/belanja-online-di-indonesia-hanya-tumbuh-4-95-di-2024-ini-produk-yang-laris
Sirgy, M. J. (1982). Self-Concept in Consumer Behavior: Some Research and Managerial Implications. Journal of Consumer Research, 9(December), 287–300.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, R&D dan Penelitian tindakan) (A. Nuryanto (ed.); 3rd ed.). Penerbit Alfabeta. https://inlislite.uin-suska.ac.id/opac/detail-opac?id=24805
Susiati, Swarsono, R., Wargo, Munip, A., & Kurniawan. (2024). Digitalisasi Ekonomi dan Perubahan Pola Konsumsi Gen Z di Kalangan Mahasiswa. 10(2), 50–59.

0 comments