BLANTERORBITv102

    Sudut Pandang Psikologi: Persepsi Gen Milenial Terhadap Fitur Paylater pada Platform E-Commerce

    Senin, 30 Juni 2025

     

    ilustrasi

    Deswita Kartini Rahmah, Yulinda Riski Yanti, Talitha Eka Purwanto, Alvin Eryandra

    Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

     

    Pada era digital ini, pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Dari sistem belanja yang dahulu didominasi oleh transaksi konvensional, kini telah beralih ke platform digital seperti e-commerce dan marketplace online. Masyarakat semakin terbiasa melakukan transaksi melalui aplikasi dan situs web, yang menawarkan kemudahan, kecepatan, dan beragam pilihan produk. Sehingga dengan adanya perubahan tersebut, sistem pembayaran juga mengalami perubahan menjadi uang elektronik sebagai akibat dari kemajuan teknologi digital.

     

    Di Indonesia, volume transaksi uang elektronik terus meningkat. Pada tahun 2024, nilai transaksi mencapai 2,5 kuadriliun, dengan nilai transaksi sebesar Rp220,87 triliun (Kusnandar, 2025). Saat ini salah satu metode yang paling populer adalah PayLater. Paylater merupakan  metode pembayaran yang menyediakan pembayaran angsuran atau kredit yang tidak menggunakan kartu kredit dengan limit yang spesifik (Sehangunaung, dkk., 2023). Layanan ini disediakan oleh berbagai platform e-commerce seperti Shopee (SPayLater), Tokopedia (Tokopedia PayLater), Traveloka (Traveloka PayLater), Blibli (Blibli PayLater), dan sebagainya.

     

    Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat utang masyarakat Indonesia di layanan paylater mencapai Rp30,36 triliun per November 2024, yang berasal dari industri perbankan dan industri multifinance yang menyediakan layanan buy now paylater (BPNL). Angka tersebut meningkat dari Rp29,66 triliun pada bulan sebelumnya (CNN Indonesia, 2025). Selanjutnya, menurut survei Kredivo dan Katadata Insight Center (KIC), generasi milenial dan Gen Z adalah mayoritas pengguna PayLater di Indonesia. Tercatat 43,9% pengguna berasal dari generasi milenial dengan rentang usia 26–35 tahun, menjadikannya kelompok pengguna terbesar layanan PayLater (Muhammad, 2024). Fenomena ini membuktikan bahwa generasi milenial menjadi salah satu segmen utama pengguna layanan PayLater, khususnya pada e-commerce.

     

    Dalam konteks ini, penting untuk memahami bagaimana persepsi generasi milenial terhadap penggunaan layanan PayLater. Persepsi (perception) merupakan cara pandang atau pemahaman seseorang terhadap suatu objek atau fenomena, yang terbentuk dari hasil olahan informasi yang diterima melalui pancaindra, pengalaman, dan latar belakang individu (Nisa, 2023). Bagi generasi milenial yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan teknologi digital persepsi terhadap layanan keuangan digital seperti PayLater sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti gaya hidup praktis, kebutuhan konsumsi, literasi keuangan, serta paparan media digital.

     

    Untuk memahami fenomena tersebut, mini riset ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi persepsi pengguna terkait fitur PayLater di platform e-commerce berdasarkan lima faktor persepsi manfaat, persepsi kemudahan, kepercayaan terhadap layanan, frekuensi penggunaan, dan persepsi risiko.

     

    Riset persepsi generasi milenial terhadap fitur PayLater pada platform e-commerce

    Mini riset ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis persepsi generasi milenial terhadap fitur PayLater pada platform e-commerce. Penelitian kuantitatif merupakan metode ilmiah yang menggunakan data-data penting yang bersifat kuantitatif , seperti tabel, angka , dan grafik, disertai dengan analisis data yang signifikan secara statistik untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Suharsimi, 2010).

     

    Berdasarkan mini riset yang dilakukan pada responden dari Generasi Milenial yang berusia 27–42 tahun, dengan mayoritas responden (68%) berada di usia 27–30 tahun, sisanya berada di usia 31–33 tahun (10%), 34–36 tahun (7%), 37–39 tahun (5%), dan 40–43 tahun (10%).

     

    Dari hasil yang didapat, sebagian besar responden merasa bahwa PayLater memiliki persepsi manfaat yang cukup positif sebesar 62,75%, di mana dianggap membantu kebutuhan mendesak dan memberikan fleksibilitas finansial, meskipun masih bukan pilihan pembayaran yang paling populer. Persepsi kemudahan juga mendapat skor tertinggi yaitu 74%, yang menunjukkan bahwa layanan ini mudah digunakan mulai dari pendaftaran hingga pembayaran.

     

    Sebaliknya, karena kekhawatiran tentang keamanan data dan transaksi, kepercayaan terhadap layanan masih rendah sebesar 60,25%. Hal ini berkaitan dengan frekuensi penggunaan yang rendah sebesar 51,5%, menunjukkan bahwa PayLater tidak digunakan secara teratur. Persepsi risiko juga cukup tinggi sebesar 57,5%, yang menunjukkan kekhawatiran tentang keterlambatan pembayaran, denda, dan keamanan data pribadi.

     

    Secara keseluruhan, mini riset ini menunjukkan bahwa Gen Milenial memiliki persepsi cukup positif terhadap fitur PayLater, terutama dalam hal kemudahan dan manfaat. Namun, rendahnya kepercayaan dan tingginya persepsi risiko membuat frekuensi penggunaan layanan ini masih tergolong rendah. Meskipun fitur ini dianggap praktis dan membantu dalam situasi mendesak akan tetapi kekhawatiran terhadap keamanan data, keterlambatan pembayaran, dan biaya tambahan menjadi faktor penghambat utama.

    Untuk meningkatkan penggunaan PayLater di kalangan milenial, penyedia layanan perlu fokus pada transparansi sistem, memperkuat keamanan data, serta memberikan edukasi finansial terkait penggunaan yang bijak. Dengan membangun kepercayaan dan mengurangi persepsi risiko, pengguna akan lebih yakin dan cenderung menjadikan PayLater sebagai alternatif pembayaran yang lebih sering digunakan.

     

    Referensi

    CNN Indonesia. (2025). Utang Paylater Warga RI Tembus Rp30,3 T per November 2024. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20250107194040-78-1184750/utang-paylater-warga-ri-tembus-rp303-t-per-november-2024

    FITRI, U. D. T. (2025). Pengaruh literasi keuangan, pomosi, dan hedonisme terhadap penggunaan paylater pada ibu rumah tangga di kota pontianak.

    Kusnandar, V. B. (2025). Transaksi Uang Elektronik RI Tembus Rp2,5 Kuadriliun pada 2024. https://databoks.katadata.co.id/keuangan/statistik/6810709a70024/transaksi-uang-elektronik-ri-tembus-rp25-kuadriliun-pada-2024

    Muhammad, N. (2024). Milenial dan Gen Z Mendominasi Pengguna Paylater di Indonesia. https://databoks.katadata.co.id/kependudukan/statistik/66b5d6e18dff3/milenial-dan-gen-z-mendominasi-pengguna-paylater-di-indonesia

    Nisa, A. H., Hasna, H., & Yarni, L. (2023). Persepsi. Jurnal Multidisiplin Ilmu, 2(4), 213–226. https://koloni.or.id/index.php/koloni/article/view/568/541

    Sehangunaung, G. A., Mandey, S. L., & Roring, F. (2023). Analisis Pengaruh Harga, Promosi Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen Pengguna Aplikasi Lazada Di Kota Manado.  Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 11(3), 1–11. https://iprice.co.id/insights/mapofecommerce/

    Suharsimi, A. (2010). Prosedur Penelitian Kuantitatif. 2(3), 211–213.

     


    Author

    Admin