Deswita Kartini Rahmah, Yulinda
Riski Yanti, Talitha Eka Purwanto, Alvin Eryandra
Universitas Muhammadiyah Prof.
Dr. Hamka
Pada era digital ini, pertumbuhan ekonomi di Indonesia
mengalami perkembangan yang pesat. Dari sistem belanja yang dahulu didominasi
oleh transaksi konvensional, kini telah beralih ke platform digital seperti e-commerce dan marketplace online.
Masyarakat semakin terbiasa melakukan transaksi melalui aplikasi dan situs web,
yang menawarkan kemudahan, kecepatan, dan beragam pilihan produk. Sehingga
dengan adanya perubahan tersebut, sistem pembayaran juga mengalami perubahan
menjadi uang elektronik sebagai akibat dari kemajuan teknologi digital.
Di Indonesia, volume transaksi uang elektronik terus
meningkat. Pada tahun 2024, nilai transaksi mencapai 2,5 kuadriliun, dengan
nilai transaksi sebesar Rp220,87 triliun (Kusnandar, 2025). Saat ini salah satu
metode yang paling populer adalah PayLater.
Paylater merupakan metode pembayaran yang menyediakan pembayaran
angsuran atau kredit yang tidak menggunakan kartu kredit dengan limit yang
spesifik (Sehangunaung, dkk., 2023). Layanan ini disediakan oleh berbagai platform e-commerce seperti Shopee
(SPayLater), Tokopedia (Tokopedia PayLater), Traveloka (Traveloka PayLater),
Blibli (Blibli PayLater), dan sebagainya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat utang masyarakat
Indonesia di layanan paylater mencapai Rp30,36 triliun per November 2024, yang
berasal dari industri perbankan dan industri multifinance yang menyediakan layanan buy now paylater (BPNL). Angka tersebut meningkat dari Rp29,66
triliun pada bulan sebelumnya (CNN Indonesia, 2025). Selanjutnya, menurut
survei Kredivo dan Katadata Insight Center (KIC), generasi milenial dan Gen Z
adalah mayoritas pengguna PayLater di
Indonesia. Tercatat 43,9% pengguna berasal dari generasi milenial dengan
rentang usia 26–35 tahun, menjadikannya kelompok pengguna terbesar layanan PayLater (Muhammad, 2024). Fenomena ini
membuktikan bahwa generasi milenial menjadi salah satu segmen utama pengguna
layanan PayLater, khususnya pada e-commerce.
Dalam konteks ini, penting untuk memahami bagaimana
persepsi generasi milenial terhadap penggunaan layanan PayLater. Persepsi (perception)
merupakan cara pandang atau pemahaman seseorang terhadap suatu objek atau
fenomena, yang terbentuk dari hasil olahan informasi yang diterima melalui
pancaindra, pengalaman, dan latar belakang individu (Nisa, 2023). Bagi generasi
milenial yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan teknologi digital
persepsi terhadap layanan keuangan digital seperti PayLater sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti gaya hidup
praktis, kebutuhan konsumsi, literasi keuangan, serta paparan media digital.
Untuk memahami fenomena tersebut, mini riset ini
dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi persepsi pengguna terkait fitur PayLater di platform e-commerce berdasarkan lima faktor persepsi manfaat,
persepsi kemudahan, kepercayaan terhadap layanan, frekuensi penggunaan, dan
persepsi risiko.
Riset persepsi generasi milenial terhadap
fitur PayLater pada platform e-commerce
Mini riset ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang
bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis persepsi generasi milenial terhadap
fitur PayLater pada platform e-commerce. Penelitian kuantitatif
merupakan metode ilmiah yang menggunakan data-data penting yang bersifat
kuantitatif , seperti tabel, angka , dan grafik, disertai dengan analisis data
yang signifikan secara statistik untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Suharsimi, 2010).
Berdasarkan mini riset yang dilakukan pada responden
dari Generasi Milenial yang berusia 27–42 tahun, dengan mayoritas responden
(68%) berada di usia 27–30 tahun, sisanya berada di usia 31–33 tahun (10%),
34–36 tahun (7%), 37–39 tahun (5%), dan 40–43 tahun (10%).
Dari hasil yang didapat, sebagian besar responden
merasa bahwa PayLater memiliki
persepsi manfaat yang cukup positif sebesar 62,75%, di mana dianggap membantu
kebutuhan mendesak dan memberikan fleksibilitas finansial, meskipun masih bukan
pilihan pembayaran yang paling populer. Persepsi kemudahan juga mendapat skor
tertinggi yaitu 74%, yang menunjukkan bahwa layanan ini mudah digunakan mulai
dari pendaftaran hingga pembayaran.
Sebaliknya, karena kekhawatiran tentang keamanan data
dan transaksi, kepercayaan terhadap layanan masih rendah sebesar 60,25%. Hal
ini berkaitan dengan frekuensi penggunaan yang rendah sebesar 51,5%,
menunjukkan bahwa PayLater tidak
digunakan secara teratur. Persepsi risiko juga cukup tinggi sebesar 57,5%, yang
menunjukkan kekhawatiran tentang keterlambatan pembayaran, denda, dan keamanan
data pribadi.
Secara keseluruhan, mini riset ini menunjukkan bahwa
Gen Milenial memiliki persepsi cukup positif terhadap fitur PayLater, terutama dalam hal kemudahan
dan manfaat. Namun, rendahnya kepercayaan dan tingginya persepsi risiko membuat
frekuensi penggunaan layanan ini masih tergolong rendah. Meskipun fitur ini
dianggap praktis dan membantu dalam situasi mendesak akan tetapi kekhawatiran
terhadap keamanan data, keterlambatan pembayaran, dan biaya tambahan menjadi
faktor penghambat utama.
Untuk meningkatkan penggunaan PayLater di kalangan milenial, penyedia
layanan perlu fokus pada transparansi sistem, memperkuat keamanan data, serta
memberikan edukasi finansial terkait penggunaan yang bijak. Dengan membangun
kepercayaan dan mengurangi persepsi risiko, pengguna akan lebih yakin dan
cenderung menjadikan PayLater sebagai
alternatif pembayaran yang lebih sering digunakan.
Referensi
CNN
Indonesia. (2025). Utang Paylater Warga
RI Tembus Rp30,3 T per November 2024. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20250107194040-78-1184750/utang-paylater-warga-ri-tembus-rp303-t-per-november-2024
FITRI, U. D.
T. (2025). Pengaruh literasi keuangan,
pomosi, dan hedonisme terhadap penggunaan paylater pada ibu rumah tangga di
kota pontianak.
Kusnandar, V.
B. (2025). Transaksi Uang Elektronik RI
Tembus Rp2,5 Kuadriliun pada 2024. https://databoks.katadata.co.id/keuangan/statistik/6810709a70024/transaksi-uang-elektronik-ri-tembus-rp25-kuadriliun-pada-2024
Muhammad, N.
(2024). Milenial dan Gen Z Mendominasi
Pengguna Paylater di Indonesia. https://databoks.katadata.co.id/kependudukan/statistik/66b5d6e18dff3/milenial-dan-gen-z-mendominasi-pengguna-paylater-di-indonesia
Nisa, A. H.,
Hasna, H., & Yarni, L. (2023). Persepsi. Jurnal Multidisiplin Ilmu, 2(4),
213–226. https://koloni.or.id/index.php/koloni/article/view/568/541
Sehangunaung,
G. A., Mandey, S. L., & Roring, F. (2023). Analisis Pengaruh Harga, Promosi
Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen Pengguna Aplikasi Lazada Di
Kota Manado. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen,
Bisnis Dan Akuntansi, 11(3),
1–11. https://iprice.co.id/insights/mapofecommerce/
Suharsimi, A.
(2010). Prosedur Penelitian Kuantitatif.
2(3), 211–213.

0 comments