Penadigital.id - Universitas Paramadina soroti
dampak bencana terhadap psiko-sosial korban banjir dan tanah longsor di daerah
Sumatera. Tiga provinsi di Sumatera - Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat
mengalami kerusakan besar akibat banjir bandang dan tanah longsor yang melanda.
Rumah-rumah, fasilitas publik, dan infrastruktur terkena dampaknya. Ribuan
warga terpaksa harus mengungsi untuk menghindari musibah ini. Selain
mengakibatkan kerusakan fisik dan ekonomi, bencana kali ini juga mengancam
kesehatan mental masyarakat yang terkena dampaknya. Jakarta (5/12).Hasil pengamatan lapangan menunjukan jika terdapat dampak
psikologis bagi para penyintas bencana. Hal ini dilihat dari banyaknya warga
yang kehilangan anggota anggota keluarga.
Berdasarkan hasil penelitian internasional, penyintas
bencana mengalami gejala PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) di rentang
30-50% dalam tiga bulan pertama. Anak-anak dan lansia menjadi kelompok paling
rentan terhadap dampak jangka panjang.
Muhammad Iqbal, Ph.D., selaku Associate Professor dan
Psikolog Universitas Paramadina, menegaskan jika aspek psikologis penting untuk
menjadi perhatian utama bagi pemerintah. Beliau menjelaskan bahwa tekanan
ekstrem yang melebihi kapasitas coping seseorang diciptakan akibat bencana yang
terjadi. Pengalaman emasional yang melekat dapat memunculkan berbagai pemicu.
"Trauma bukan hanya suatu ingatan buruk, tetapi juga
pengalaman emosional yang terekam dalam tubuh," ujarnya.
Seruan dukungan psikososial perlu dilakukan secara
terstruktur dan komprehensif. Dalam hal ini, pemerintah perlu mendorong
pendekatan secara global dengan Psychological First Aid (PFA), yaitu metode
yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru, relawan, tokoh agama, serta
aparat lokal dalam menjangkau penyintas secara menyeluruh.
Iqbal juga menegaskan jika dukungan psikososial perlu
diterapkan secara berlapis, di mulai dari individu, keluarga, komunitas, hingga
tingkat kebijakan.
Iqbal menyampaikan jika penyintas perlu diberi dukungan
emosional, sosial, dan informasi yang memadai. Hal ini dilakukan dengan tujuan
masyarakat mampu bangkit kembali.
"Bencana boleh merusak bangunan, tetapi jangan sampai
meruntuhkan harapan dan martabat manusia," ujar Iqbal dalam
pernyataan penutupnya.
0 comments