BLANTERORBITv102

    Dosen Pendidikan Biologi Uhamka Tanamkan Literasi Pengelolaan Sampah Berbasis Zero Waste

    Senin, 06 Februari 2023

     

    Dokumentasi FKIP Uhamka

    “Buanglah sampah pada tempatnya”, sebuah jargon yang identik dengan kebersihan. Jargon tersebut tidak cukup mengatasi permasalahan sampah di daerah padat penduduk seperti Kampung Pulo, Kota Tangerang. Sularno, Ketua Rt. 001 setempat mengeluhkan tumpukan sampah yang diangkut petugas kebersihan di wilayahnya. Jumlah sampah yang dihasilkan dari masing-masing rumah warga rata-rata 1,5 kg setiap harinya. Sampah dalam kondisi tercampur antara organik dengan an organik mengeluarkan aroma tak sedap. Menurutnya, upaya pengelolaan sampah perlu diimbangi dengan perilaku warga minim sampah (zero waste).

    Dalam upaya mengurangi jumlah sampah rumah tangga, Pendidikan Biologi menjalin kerjasama dengan warga Rt.001 Kampung Pulo, Kota Tangerang untuk menanamkan literasi tentang perilaku hidup minim sampah (zero waste) melalui workshop pengelolaan calon sampah organik menjadi barang laik guna.

    Acara yang diselenggarakan selama 2 hari yakni tanggal 5 dan 12 Februari 2023  di Kampung Pulo Kota Tangerang. Bertempat di Aula gedung pertemuan, 30 warga Rt.001 diberikan pengetahuan (literasi) tentang cara pengelolaan sampah dapur sebagai upaya meminimalisir jumlah sampah organik yang dihasilkan dari rumahnya.

    Turut hadir, Yuni Astuti selaku dosen Pendidikan Biologi UHAMKA, Sularno dan Febri selaku pengurus Rt. 001 Kampung Pulo. Dalam sambutannya Sularno menegaskan bahwa keindahan kampung jangan sampai terkotori calon sampah yang notabenenya masih bisa diolah menjadi produk laik guna.

    Yuni menyampaikan bahwa sisa makanan dan sayuran dari dapur sebenarnya masih berstatus “calon sampah”. Tanpa pengolahan yang tepat, calon sampah akan menjadi sampah yang berujung di Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Namun, melalui penanganan yang baik maka akan menjadi produk laik pakai.

    “Warga yang memasak udang tidak perlu membuang kulit dan kepala udangnya karena calon sampah itu masih bisa diolah menjadi serbuk udang dan terasi yang punya citarasa umami (gurih). Caranya dengan menghaluskan kulit dan kepala udang yang telah disangrai. Dengan penanganan yang tepat, kulit wortel juga bisa diolah menjadi manisan yang legit rasanya, kulit buah bisa direndam dalam cairn gula menjadi ecoenzyme (cairan beragam manfaat untuk pupuk dan pembersih lantai” tutur Yuni selaku Dosen Pendidikan Biologi UHAMKA sesuai rilis yang diterima redaksi (5/2)

    Sularno merasa senang warganya mendapat pengetahuan untuk mengelola sampah dapur sebagai tahap awal perwujudan komitmen warganya dalam upaya menjaga kebersihan lingkungan. Sularno berharap kegiatan ini dapat mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPS dan sekaligus menjadi rintisan pengelolaan sampah secara tersistem yang menjadi program jangka panjang di tingkat kepengurusan Rt.