Dokumentasi FKIP Uhamka
“Buanglah sampah pada tempatnya”, sebuah jargon yang identik dengan kebersihan. Jargon tersebut tidak cukup mengatasi permasalahan sampah di daerah padat penduduk seperti Kampung Pulo, Kota Tangerang. Sularno, Ketua Rt. 001 setempat mengeluhkan tumpukan sampah yang diangkut petugas kebersihan di wilayahnya. Jumlah sampah yang dihasilkan dari masing-masing rumah warga rata-rata 1,5 kg setiap harinya. Sampah dalam kondisi tercampur antara organik dengan an organik mengeluarkan aroma tak sedap. Menurutnya, upaya pengelolaan sampah perlu diimbangi dengan perilaku warga minim sampah (zero waste).
Dalam
upaya mengurangi jumlah sampah rumah tangga, Pendidikan Biologi menjalin
kerjasama dengan warga Rt.001 Kampung Pulo, Kota Tangerang untuk menanamkan
literasi tentang perilaku hidup minim sampah (zero waste) melalui workshop pengelolaan calon sampah organik
menjadi barang laik guna.
Acara
yang diselenggarakan selama 2 hari yakni tanggal 5 dan 12 Februari 2023 di Kampung Pulo Kota Tangerang. Bertempat di Aula
gedung pertemuan, 30 warga Rt.001 diberikan pengetahuan (literasi) tentang cara
pengelolaan sampah dapur sebagai upaya meminimalisir jumlah sampah organik yang
dihasilkan dari rumahnya.
Turut
hadir, Yuni Astuti selaku dosen Pendidikan Biologi UHAMKA, Sularno dan Febri
selaku pengurus Rt. 001 Kampung Pulo. Dalam sambutannya Sularno menegaskan
bahwa keindahan kampung jangan sampai terkotori calon sampah yang notabenenya
masih bisa diolah menjadi produk laik guna.
Yuni
menyampaikan bahwa sisa makanan dan sayuran dari dapur sebenarnya masih
berstatus “calon sampah”. Tanpa pengolahan yang tepat, calon sampah akan
menjadi sampah yang berujung di Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Namun, melalui
penanganan yang baik maka akan menjadi produk laik pakai.
“Warga
yang memasak udang tidak perlu membuang kulit dan kepala udangnya karena calon
sampah itu masih bisa diolah menjadi serbuk udang dan terasi yang punya
citarasa umami (gurih). Caranya dengan menghaluskan kulit dan kepala udang yang
telah disangrai. Dengan penanganan yang tepat, kulit wortel juga bisa diolah
menjadi manisan yang legit rasanya, kulit buah bisa direndam dalam cairn gula
menjadi ecoenzyme (cairan beragam
manfaat untuk pupuk dan pembersih lantai” tutur Yuni selaku Dosen Pendidikan
Biologi UHAMKA sesuai rilis yang diterima redaksi (5/2)
Sularno
merasa senang warganya mendapat pengetahuan untuk mengelola sampah dapur
sebagai tahap awal perwujudan komitmen warganya dalam upaya menjaga kebersihan
lingkungan. Sularno berharap kegiatan ini dapat mengurangi jumlah sampah yang
dibuang ke TPS dan sekaligus menjadi rintisan pengelolaan sampah secara tersistem
yang menjadi program jangka panjang di tingkat kepengurusan Rt.
0 comments