Pendidikan Keteladanan || Sumber : Pixabay.com |
Oleh
: Ahmad Jauhari
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى
عَبْدِهِ الْكِتَبِ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمْدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
لَانَبِيَ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالتَّابِعِيْنَ. أَمَّا بَعْدَ فَيَاعِبَادَ الله،
اِتَّقُوْا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وِلَاتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
أُوصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوِى الله وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.
Hadirin,
sidang Jumat yang berbahagia.
Rasa syukur merupakan ungkapan yang paling tepat kita
panjatkan kehadirat Allah SWT. Akan tetapi syukur kiranya bukan hanya sekedar
ungkapan lisan, melainkan juga aktualisasi sikap itu dalam kehidupan kita
sehari-hari. Juga, marilah senantiasa kita pertebal sikap iman dan takwa kita
keharibaan-Nya. Iman merupakan sikap batin yang senantiasa perlu kita pupuk
terus-menerus. Iman secara singkat dipahami sebagai kesadaran utuh yang
terhunjam di kedalaman hati, teraktualisasi pada ungkapan lisan, serta
termanifestasi kepada tingkah-laku sehari-hari. Keterhubungan antara hati,
lisan, dan perbuatan itulah yang dimaksud dengan makna iman yang sesungguhnya.
Jika di antara satu dari ketiga elemen tersebut terjadi ketidakcocokkan, maka
iman menjadi kurang sempurna.
Sedangkan takwa dimaknai sebagai sikap tunduk dan
patuh atas segala apa pun yang sudah menjadi ketetapan Allah SWT. Taqwa secara
sederhana adalah patuh atas segala perintah Allah dan menjauhi segala
larangan-larangan-Nya. Kepatuhan merupakan manifestasi kita, sebagai hamba-Nya,
dalam menjalankan kewajiban sekaligus bentuk ungkapan rasa syukur kita atas
segala anugerah dan nikmat yang melimpah ini. Karenanya, marilah kita
tingkatkan sikap iman dan takwa kita kepada Allah SWT.
Kaum Muslimin, sidang Jumat rahimakumullah
Ada sepenggal cerita unik. Alkisah, suatu kali, sang
ayah melihat buah hatinya malas belajar dan enggan ke sekolah. Seketika, ia
mengajak sang anak berkeliling kota dengan mengendarai mobil. Di sebuah perempatan
jalan, lampu menyala merah. Mereka berhenti, lalu turun dari mobil. Sambil
membawa gitar, sang ayah menembangkan lagu, menghibur pengguna jalan. Jeda
bernyanyi, sang ayah berbisik, “Nak, kalau kamu malas belajar dan enggan ke
sekolah, maukah kamu menjadi seperti ayah lakukan sekarang?” Sang anak lalu
sadar tindakannya itu keliru. Dan minta maaf pada sang ayah.
Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari cerita itu
buat anak-anak kita? Tentu bukan sekedar khotbah moral. Melainkan keteladanan.
Meningkatkan semangat beribadah dan mengasah kepekaan untuk peduli pada sesama,
misalnya, dibutuhkan bimbingan. Peran orang tua begitu sentral di sini.
Termasuk dalam menjalankan ibadah puasa. Hanya kita sering lupa, puasa tak
sekedar mengasah batin serta nurani orang dewasa. Dampak puasa mestinya ikut
juga merasuk dalam kehidupan anak-anak kita sehari-hari. Sebab puasa pada
dasarnya menahan diri.
Melibatkan anak sekaligus membawanya pada nuansa
Ramadhan, misalnya, merupakan tindakan terpuji dan patut diteladani. Inilah sikap
yang dianjurkan Nabi Muhammad Saw. Dan kita, tentu tunduk dan patuh atas
anjuran beliau. Ini mungkin, setidaknya, dapat dijadikan sebagai satu
pandangan, membiasakan anak berpuasa sejak usia dini dapat menjadi fondasi bagi
kepribadiannya dewasa kelak. Berpuasa menjadi sangat penting sebagai modal
dalam mengarungi perjalanan hidup ini. Dan itu, mestinya sudah mulai dilakukan
semasa kanak-kanak.
Pembiasaan itu dilaksanakan pertama kali dengan jalan
suri teladan. Keteladanan bukan barang mewah. Ia menyangkut contoh dan sikap.
Pembiasaan menjadi begitu bernilai, sebab terkait dengan proses bagaimana
tindakan itu dimulai.
Hadirin, sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Ketertarikan itu nafas utama dalam melakukan sesuatu.
Saat buah hati kita mulai terpesona pada satu hal, kita sebagai ‘rekan
dialognya’, berfungsi memberikan pandangan dan pengarahan. Sikap menanamkan
mentalitas yang baik tak cukup hanya sebatas pengarahan, melainkan juga sikap
menunjukkan pada hal baik. Dan itu, akan menular di sanubari buah hati
kita. Kondisi psikologis anak, memang perlu kita cermati bersama. Oleh
sebab, hal itu berdampak pada sikap dan kepribadiannya, jika orang tua luput
‘menengok’ pergolakan psikologis mereka.
Dunia anak adalah dunia yang peka dengan
hal baru. Sesuatu yang baru, bagi orang dewasa, ‘cenderung’ diamati dan
dicerna. Anak dan orang dewasa mempunyai dunia berbeda. Maka, keteladanan di
situlah ruangnya. Ibadah puasa sejatinya sebagai media untuk semakin mempererat
komunikasi kita dengan Allah SWT (hablumminallah).
Termasuk juga berfungsi mengasah kepekaan sosial kita kepada sesama (hablumminannas).
Orang tua hendaknya mulai membimbing buah hatinya
untuk semakin mendekatkan diri pada Allah SWT dan membiasakan anak untuk
memiliki ‘radar’ kepekaan sosial yang semakin hari semakin meningkat.
Membiasakan anak supaya sabar menahan makan-minum merupakan langkah yang baik.
Itu sebagai tonggak awal menumbuhkan sikap untuk peduli pada sesama.
Sudah lazim mendidik anak membutuhkan proses. Tapi
hal itu tak berarti ‘mematahkan’ semangat para orang tua dalam membalut sang
anak menjadi lebih berkualitas. Proses membutuhkan pengorbanan. Orang tua tentu
akan selalu siap berkorban demi sang buah hati. Pengorbanan bukan sekedar
mempertaruhkan semua yang kita punya untuk sang anak. Berkorban berarti juga
dibutuhkan kemampuan menyelami dunia anak. Dalam melangkah mestinya kita
mempertimbangkan berbagai hal. Tanpa harus menghambat untuk bertindak.
Alangkah menariknya, jika sang buah hati menyaksikan
panutannya memahami apa yang terjadi pada dirinya. Amat mustahil memang ketika
orang tua menyuruh sang anak berpuasa, tapi dirinya belum mampu menjalankannya.
Berpuasa bukan hanya soal menyangkut arahan dan bimbingan. Melainkan ia juga
terkait upaya pelaksanaan. Dan dalam waktu yang sama, hal itu melibatkan proses
pemahaman. Melaksanakan puasa berarti juga menghindarkan diri dari tindakan
merugikan. Entah terkait dengan pribadi maupun orang lain. Tentu, sikap ini
disaksikan oleh sang buah hati kita.
Jamaah Jum’at yang berbahagia
Membahas keteladanan yang menyangkut dengan anak,
membutuhkan kesabaran. Anak itu manusia. Ia bukan hanya sekedar gumpalan
daging. Manusia itu mempunyai tanggapan yang berbeda atas satu kenyataan. Dan
anak pun ‘tersangkut’ di dalamnya.
Memang keteladanan, bukan sekedar menyangkut
pemahaman kita terhadap tingkah-polah anak-anak kita. Melainkan juga kemauan
kita menghadirkan solusi yang sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka.
Keteladanan merupakan sikap yang murah dan sederhana. Dan dalam puasa itu semua
tercakup di dalamnya.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَاعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْأَيَةِ
وَذِكْرِ الْحَكِيْم، وَتَقَبَّالَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ
هُوَالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُولِ قَوْلَي هَذَالِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ،
وَاسْتَغْفِرُاللهَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى
عَبْدِهِ الْكِتَبِ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمْدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
لَانَبِيَ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالتَّابِعِيْنَ. أَمَّا بَعْدَ فَيَاعِبَادَ الله،
اِتَّقُوْا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وِلَاتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
أُوصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوِى الله وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.
فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وِلَاتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. إِنَّ اللهَ
وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوا عَلَى النَّبِي يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمُ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِإِحْسَانِ إِلَى يوم الدين. وارض عنا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ الْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ
الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ
أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ
أَوْطَانِهِمْ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ
أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ
لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً
لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ
وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ
رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ
وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ
عَمَّا يَصِفُوْن وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ.
Sumber : Suaramuhammadiyah.id
0 comments