BLANTERORBITv102

    Memaknai Kebahagiaan yang Hakiki

    Kamis, 02 September 2021

     

    Ilustrasi bahagia || Sumber : Pixabay.com

    Oleh : Lusa Indrawati

    Penadigital.id - Roda hidup selalu berputar dan sudah pasti kadang ada yang di bawah dan ada yang di atas. Kejutan-kejutan hidup selalu membuat hati berdecak bahkan bergetar. Perasaan senang, sedih, menderita dan hampa adalah beberapa contohnya. Setiap orang menginginkan yang terbaik untuk hidupnya termasuk juga untuk hidup bahagia. Kebanyakan orang merasa bahwa saat mereka memiliki segalanya seperti; harta yang melimpah, kedudukan, jabatan, ketenaran dan hidup bersama orang terkasih mereka akan bahagia.

    Kesulitan hidup menyebabkan beberapa orang berpikir andai aku menjadi kaya pasti akan bahagia. Andai aku punya jabatan, pasti akan bahagia. Seandainya aku bisa terkenal dan berpenghasilan besar pasti akan bahagia. Andai aku punya mobil pasti bahagia.

    Mengenai kata “bahagia” itu sendiri apakah makna dari bahagia yang sebenarnya? Apakah dengan mendapat harta melimpah bisa membuat hidupmu bahagia? Atau dengan makan-makanan yang enak setiap hari, selalu bisa pergi ke restoran adalah bahagia? Apakah saat kamu bisa travelling ke luar negeri itulah bahagia? Atau apakah saat kamu hidup bersama orang terkasih bisa menjadikanmu bahagia? Apakah kebahagiaan hanya bisa terukur dari standar dunia? Berdasarkan Grant Study sebuah penelitian oleh Harvard Medical University, selama 75 tahun meneliti tentang apa itu kebahagiaan.

    ***

    Menurut penelitian ini, kebahagiaan berdasar oleh 3 hal. Yang pertama relationship. Bagaimana cara kita berhubungan dan berinteraksi kepada sekitar. Manusia adalah makhluk sosial, dan jika hal itu keluar dari fungsinya maka secara perlahan, akan berdampak pada psikisnya. Jika hubungan seseorang dengan sekitar hangat dan baik maka akan berdampak baik juga bagi diri sendiri.

    Kedua yaitu Faith atau keyakinan. Suatu patokan atau prinsip seseorang sebagai penilaian dalam hidup atau bisa cara pandang (Way of life ). Ketiga bagaimana seseorang merespons dan bersikap saat menghadapi ujian dan masalah yang melanda hidupnya. Bagaimana ia bisa bertahan dan memotivasi dirinya. 

    Menurut penelitian ini, kebahagiaan itu bukan tentang apa yang dipunya, bukan tentang apa yang terjadi pada asa, atau bukan juga tentang apa yang tidak dipunya. Melainkan, kebahagiaan adalah cara merespons keluar yang didasarkan 3 hal yaitu relationship (hubungan), faith (keyakinan) dan cara seseorang menghadapi masalah dalam hidupnya.

    Sedangkan bagaimana makna bahagia menurut Islam ?

    Di dalam Al-Quran, Allah menjelaskan

     

    ٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا لَعِبٌ وَلَهۡوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيۡنَكُمۡ وَتَفَاخُرٌ فِى ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَوۡلَٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيۡثٍ أَعۡجَبَ ٱلۡكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصۡفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمًا ۖ وَفِى ٱلۡءَاخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغۡفِرَةٌ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٰنٌ ۚ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ

     

    Artinya : Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, kelengahan, perhiasan, dan saling bermegah-megahan di antara kamu serta berlomba-lomba dalam banyaknya harta dan anak keturunan. (Perumpamaannya adalah) seperti hujan yang tanamannya mengagumkan para petani, lalu mengering dan kamu lihat menguning, kemudian hancur. Di akhirat ada azab yang keras serta ampunan dari Allah dan keridaan-Nya. Kehidupan dunia (bagi orang-orang yang lengah) hanyalah kesenangan yang memperdaya. (Q.S Al-Hadid :20)

    ***

    Dari ayat di atas maka kesimpulannya bahwa jika ingin mencari kebahagiaan dalam hidup, yang disandarkan pada dunia maka sudah pasti itu akan gagal. Karena sifatnya fana (tidak kekal). Dunia ini hanya tipu daya dan kesenangan sementara. Suatu hari nanti akan habis masanya. Contoh kasusnya banyak juga orang kaya tapi tidak menjamin mereka hidup bahagia. Bahkan ada yang sampai melakukan perbuatan terlarang yaitu bunuh diri.

    Banyak juga deretan publik figure terkenal tapi tidak bahagia malah terjerat kasus narkoba. Hal ini membuktikan apa pun yang engkau cari untuk memperoleh kebahagiaan hidup, yang bersandarkan pada dunia maka itu akan sia-sia karena ini hanyalah kesenangan sesaat dan bukan kebahagiaan seutuhnya. Jika mengetahui hakikat dunia, seorang muslim yang berakal pasti akan memilih sesuatu yang baik bukan yang buruk, mengutamakan kebahagiaan yang bersifat abadi daripada kesenangan yang sejenak.

    Allah berfirman,

    زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ وَٱلْأَنْعَٰمِ

    وَٱلْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ

    Arti: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.s Al-Imron :14).

    ***

    Dari ayat di atas, Allah SWT menyampaikan bahwasanya Dia telah menghiasi hidup manusia sebagai ujian bagi mereka dengan kecintaan pada kesenangan-kesenangan duniawi, seperti wanita, anak laki-laki, harta yang banyak dan berlimpah berupa emas dan perak, kuda yang bertanda lagi bagus, binatang ternak berupa unta, sapi dan kambing, dan pertanian. Itu adalah kesenangan hidup di dunia yang bisa kita nikmati dalam jangka waktu tertentu kemudian hilang.

    Maka tidak sepatutnya seorang mukmin menggantungkan hidupnya pada kesenangan tersebut. Hanya Allah saja yang memiliki tempat kembali yang baik, dan apa pun dalam hidup yang kita sandarkan kepada-Nya Dzat yang maha kekal, di situlah letak bahagia sebenarnya. Sebaik-baiknya perbuatan yang bisa menghantarkan kita dalam rida dan cinta-Nya.

    Lusa Indrawati adalah seorang penulis asal lamongan

     

    Sumber : rahma.id